Perayaan Cap Go Meh di Probolinggo Jadi Momen Pemindahan Patung Dewa

"Saya memakai dua bilah papan kayu atau puak puei dan memegang dua bilah papan kayu itu di masing-masing tangga," ujar Erfan Sutjianto

Perayaan Cap Go Meh di Probolinggo Jadi Momen Pemindahan Patung Dewa
Prosesi pemindahan salah satu patung dewa yang ada di Klenteng Sumber Naga, Kota Pribolinggo. (Foto : Raphel/Narasinews.id)

Narasinews.id, PROBOLINGGO – Perayaan Cap Go Meh yang digelar umat Konghucu di Kota Probolinggo kali ini juga menjadi momen pemindahan lima patung dewa, Minggu (5/2/2023). Pemindahan dilakukan lantaran Klenteng Sumber Naga yang berada di Jalan Wr Supratman pernah hangus terbakar pada 17 Mei 2019 silam.

Insiden kebakaran di Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) tersebut melahap habis bangunan utama yang menjadi letak rupang atau patung dewa utama. Adapun lima patung dewa di antaranya Kongco Tan Hu Cin Jin, beserta pengawalnya, Hok Ya. Lalu, Ji kongco yang merupakan Ajudan dan adik dari dewa Tan Hi Cin Jin, serta Kai Lan Huang Ye dan Fu De Zen Zen (Dewa Bumi).

Perayaan Cap Gomeh di awali dengan ritual barongsai. Tiga barongsai bergantian menghormati tiga dewa yang menjadi tiga kepercayaan umat Hindu, Budha, dan Konguchu.

Para umat Hindu yang merayakan Cap Go Meh ini dengan mengenakan seragam merah. Lampion merah juga bergantungan di masing-masing bangunan.

Tepat pukul 11.00 WIB, pemindahan rupang atau patung dewa dilakukan. Ada tiga kloter dalam pemindahan tersebut. Yakni memindahkan Rupang Konco dan Hok Ya, memindahkan Ji Kongco. Kemudian, dam memindahkan Kai Lan Huang Ye dan Fu De Zen Zen.

Bersamaan dengan itu, pemindahan rupang dari bangunan sisi timur ke bangunan utama klenteng itu dikirap oleh 15 orang. Mereka terbagi dalam benerapa tugas. Mulai dari memegang payung, mengangkut rupang dewa, memainkan alat musik, dan bersamaan dengan barongsai yang menyambut di bangunan utama.

Sebetulnya, berat rupang dewa itu sekitar 70 hingga 80 kilogram. Namun, saat dilakukan pemindahan, beratnya bisa berubah. Umat Konguchu meyakini dewa sudah merasuki rupang tersebut. Tata letaknya pun sangat diatur. Terlihat, petugas yang memindahkan harus bertanya berkali-kali pada tetua di klenteng.

Wakil Ketua II Tempat Ibadah Tri Darma Sumber Naga Probolinggo, Erfan Sutjianto, mengatakan sudah ada pertanyaan kepada dewa utama atau Kong Co soal waktu yang tepat untuk pemindahan. "Saya memakai dua bilah papan kayu atau puak puei dan memegang dua bilah papan kayu itu di masing-masing tangga," ujarnya.

Erfan lalu mengajukan pertanyaan, yang jawabannya iya atau tidak. Jika, hanya salah satu papan yang terbaik, maka jawabannya iya. Apabila tidak terbalik maka jawabannya tidak.

"Pertanyaannya juga jelas, misal apakah saya boleh memindahkan dewa pada tanggal 5 Februari 2023 pukul 10.00 pagi? Saat itu pula terbalik salah satunya," tambahnya.

Bahkan ternyata di Klenteng Sumber Naga ini tidak hanya warga Probolinggo saja jamaahnya, namun hampir seluruh nusantara juga pernah dan sering singgah di bangunan cagar budaya ini.

Seperti TS Gunawan ini, dia salah satu jamaah yang berasal dari Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang. Kakek 76 tahun itu mengaku sangat bersyukur bisa melakukan ritual Cap Go Meh. 

Ia berbagi cerita, mengapa dirinya memilih untuk beribadah di Klenteng Sumber Naga. Karena pada 50 tahun yang lalu, dirinya pernah berdoa pada Kongco agar hidupnya selalu dalam limpahannya. Dengan tujuan agar hidupnya sejahtera, alhasil doanya terkabul hingga kini dirinya menjalani kehidupannya dengan mapan.

Bahkan ketika mendengan berita jika bangunan yang pernah dia singgahi ini terbakar, dirinya juga turut bersedih lantaran teringat hutang budinya pada Kongco. "Saya punya wisata madu di Malang, saya sangat berhutang budi pada dewa. Makanya mendenger dewa dipindahkan, saya memilih beribadah disini," ucapnya. (*) 

*Reporter : Raphel | Editor : Fathur Rozi