Dinkes Situbondo Release Angka Kematian Akibat DBD Tahun 2024
Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kabupaten Situbondo merelease angka kematian akibat demam berdarah (DBD) di tahun 2024
NARASINEWS.ID - Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kabupaten Situbondo merelease angka kematian akibat demam berdarah (DBD) di tahun 2024. Data tersebut disampaikan Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kabupaten Situbondo, dr Sandy Hendrayono, kepada Redaksi Narasinews.id Sabtu (16/11/2024).
Berdasarkan data dari Kadinkes Situbondo, total kasua demam berdarah di Kabupaten Situbondo pada tahun 2024 mencapai 943. Dengan jumlag total kematian mencapai 4 orang.
"Sampai saat ini kasus tertinggi di Kecamatan Panarukan sejumlah 143 kasus dan Kecamatan Panji sejumlah 141 kasus," ungkap Kadinkes Situbondo secara tertulis kepada Redaksi Narasinews.id.
Menurut Kadinkes, peningkatan kasus dimulai saat musim hujan pada bulan Desember sampai dengan Mei. Dinkes pun memberikan sejumlah imbauan untuk meminimalisir jumlah lasus DBD.
"Memasuki musim penghujan untuk mencegah peningkatan kasus DBD diharapkan masyarakat mulai menggerakkan kegiatan 3M plus. menguras bak penampungan air minimal seminggu sekali, menutup tempat penampungan air, mendaur ulang barang bekas yg berpotensi menjadi genangan air, dan melakukan penebaran bubuk Abate serta menggunakan bahan pengusir nyamuk," ucapnya.
Untuk bubuk Abate dinas, kesehatan telah menyediakan stok yg cukup dan telah di distribusikan ke seluruh puskesmas. Sehingga masyarakat yg membutuhkan bubuk Abate dapat mendatangi puskesmas pembantu (Pustu) atau Ponkedes terdekat.
Diberitakan sebelumnya, ada penyakit membahayakan dan bahkan mematikan yang bisa menyerang siapa saja. Di antaranya penyakit yang disebabkan nyamuk Aedes Aegypti berupa demam beradarah (DBD).
Menurut Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kabupaten Situbondo, dr Sandy Hendrayono, setiap tahunnya selalu ada korban meninggal akibat demam berdarah (DBD). Karena itu pihak Dinkes Situbondo mengimbau masyarakat untuk berhati-hati atau waspada jelang musim penghujan.
"Memang DBD kadang tidak berdiri sendiri. Kadang ada penyakit penyerta di dalamnya," jelasnya, Sabtu (16/11/2024).
Adanya penyakit penyerta itu kadang yang juga menyebabkan terjadinya kematian.
Tak hanya itu, Kadinkes juga mengatakan bahwa lingkungan juga mempengaruhi sebaran penyakit berbahaya tersebut. Karena itu perlu diperhatikan. Mulai dari perilaku hidup bersih dan sehat serta menjaga lingkungan.
Kadinkes juga mengatakan bahwa pihaknya terus mengupayakan agar kedepan tidak ada kematian akibat DBD di Situbondo. Di antaranya dengan mengimbau masyarakat untuk menyegerakan membawa pasien DBD ke fasilitas kesehatan agar segera mendapat penanganan.
"Jangan menunda. Jangan mengentengkan penyakit. Mulai dari digigit sampai panas saja sekitar satu mingguan. Panas itu biasanya masih diberi jamu atau apa, nanti dibawa ke Puskesmas atau ke dokter praktik, atau fasilitas di Pustu. Itu agar cepat," jelasnya.
Selain persoalan DBD, Pemerintah Situbondo juga aktif mengkampanyekan perlawanan terhadap rokok ilegal. Bahkan masyarakat juga diajak ikut serta melawan peredaran rokok ilegal. Misalnya dengan melaporkan rokok dengan tanpa pita cukai.
What's Your Reaction?