Chung Bong Hyup Singgung Hubungan Diplomatik Indonesia-Korea Selatan
“Kami akan sangat senang seandainya dalam pengembangan sistem pembelajaran dengan Korea Selatan ada yang didedikasikan untuk peningkatan kapasitas analis kebijakan atau tenaga-tenaga yang akan mencoba membantu hasil penelitian bisa menjadi kebijakan," ungkap Kepala BSKDN, Yusharto Huntoyungo.
Narasinews.id, JAKARTA - Badan Strategi Kebijakan Dalam Negeri (BSKDN) pada Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) menggandeng Universitas Indonesia (UI) dan Korea Selatan (Korsel). Upaya ini dilakukan untuk meningkatkan kompetensi Jabatan Fungsional Analis Kebijakan (JFAK).
Berkaitan dengan kerja sama tersebut, BSKDN menggelar pertemuan dengan perwakilan dari Makara UI Academy dan Korea Selatan di Ruang Video Conference BSKDN, Selasa (31/1/2023).
Dalam sambutannya, Kepala BSKDN, Yusharto Huntoyungo, mengungkapkan keberadaan JFAK di Indonesia semakin meningkat jumlahnya seiring penyetaraan jabatan eselon III dan eselon IV menjadi fungsional. Banyaknya jumlah JFAK tersebut diharapkan dapat memperbaiki kualitas kebijakan dan birokrasi yang lebih profesional.
Yusharto melanjutkan, untuk menghasilkan JFAK yang mumpuni dalam menjalankan tugas, diperlukan peningkatan kompetensi melalui sejumlah kegiatan pelatihan.
“Kami akan sangat senang seandainya dalam pengembangan sistem pembelajaran dengan Korea Selatan ada yang didedikasikan untuk peningkatan kapasitas analis kebijakan atau tenaga-tenaga yang akan mencoba membantu hasil penelitian bisa menjadi kebijakan," ungkapnya.
Menurut Yusharto, upaya peningkatan kompetensi JFAK merupakan suatu yang perlu segera dilakukan. Hal ini untuk mendukung arahan Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, mengenai kebijakan berbasis data dan sains. "Penting dipahami bagaimana peran riset dan data terhadap pengambilan kebijakan," tambahnya.
Untuk itu, ia berharap BSKDN bersama Makara UI Academy dan Korea Selatan dapat menjadi tripartite corporation dalam mendorong peningkatan kapasitas bagi aparatur yang bekerja di Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) atau lembaga penelitian lainnya yang mendukung tugas BSKDN.
Lebih lanjut Yusharto menerangkan, kerja sama tersebut tidak hanya mengenai peningkatan kapasitas pegawai, tetapi juga mendukung lembaga-lembaga penelitian atau strategi kebijakan di Kemendagri dan pemerintah daerah (Pemda). Hal ini utamanya dalam membangun network hub, khususnya untuk mengembangkan kebijakan yang lebih dekat dengan potensi lokal yang ada di daerah.
"Ini membutuhkan kemampuan yang multidimensi. Untuk itu, kita membutuhkan Makara (UI) dan Profesor Chung (dari Korea Selatan -red) yang kami berharap pengalaman-pengalaman ini menjadi dasar untuk pengembangan BSKDN ke depan," ungkapnya.
Sementara itu, perwakilan dari pihak Korea Selatan, Chung Bong Hyup, menyinggung hubungan diplomatik antara Indonesia dan Korea Selatan yang sudah terbangun sejak 50 tahun lalu. Hal itu, menambah semangatnya untuk turut berkontribusi meningkatkan JFAK di Indonesia melalui sejumlah program yang akan dijalankan bersama BSKDN dan Makara UI Academy.
"Saya sangat senang dapat berdiskusi dengan BSKDN terlebih perihal riset dan mining data. Saya akan membawa pengalaman saya di Korea untuk dibagi di Indonesia. Mengingat kedua negara ini baru merayakan hubungan diplomatik yang ke 50, saya ingin berkontribusi sebaik mungkin," ucapnya.
Di lain sisi, Vice President Makara UI Academy, Joni Cahyono, menyampaikan keyakinannya terhadap kerja sama yang akan segera dilangsungkan antara Makara UI Academy bersama BSKDN dan Korea Selatan.
"Dari diskusi kita hari ini, kita sangat yakin kita bisa berkontribusi nyata. Makara UI yang berlatar belakang akademis juga ikut berkontribusi meningkatkan kompetensi. Apalagi dengan kerja sama nanti ini dengan pihak Profesor Chung, kita bisa meningkatkan program ini berjalan dengan baik," pungkasnya. (*)
*Reporter : Nanda | Editor : Fathur Rozi
What's Your Reaction?