Catut Nama, Wartawan Tak Jelas Minta Uang ke Polisi

Nov 6, 2023 - 13:51
 0
Catut Nama, Wartawan Tak Jelas Minta Uang ke Polisi

SURABAYA, NARASINEWS.ID - Oknum orang tak jelas mencatut nama wartawan Ainul Mukoribin, di Kota Surabaya, untuk meminta uang ke polisi.

Untuk itu Ainul, mengadu ke  Komunitas Jurnalis Jawa Timur (KJJT).

Menurut Ainul, orang yang mencatut namanya itu meminta uang dari polisi di Satlantas Polrestabes Surabaya. 

Modusnya, memakai kartu SIM Card HP dia mendownload aplikasi WhatsApp dan mencantumkan namanya, Ainul Mukoribin. 

Dia lantas  melakukan chating WhatsApp ke beberapa polisi. 

Aksinya baru terungkap ketika seorang polisi terlanjur mengirim sejumlah uang. 

Korbannya, perwira polisi berpangkat Ajun Komisaris Polisi Sigit Ekan di Satpas Colombo Polrestabes Surabaya.

Adapun isi chat pelaku ini, menyatakan, "Maaf menggangu komandan mohon bantuannya komandan untuk tambahan biaya kelahiran istri saya putri kami nomor 4 di klinik Restu di Rek-nya adik saya BRI 65530XXX3598XXX atas nama ADN, semoga Alloh SWT selalu memberikan kesehatan kepada komandan serta semoga Alloh SWT memberikan kemudahan dalam karir komandan ke depannya. Ainul Mukorobin Media Online Obor Rakyat.

Perwira polisi korban ini, saat dimintai pernyataannya ogah berkomentar.

"No Coment," ucap singkat perwira ini.

Kondisi itu menurut pengurus KJJT, menunjukkan sikap angkuh  saat dikonfirmasi. 

Namun AKBP Arif Fazlurrahman, Kasatlantas Polrestabes Surabaya, memberi pernyataan singkat.

"Banyak penipuan berkedok media, kita harus peka dan antisipasi. Maksud baik untuk membantu terkadang disalahgunakan oleh pelaku," ucap AKBP Arif.

Menyikapi kejadian ini, KJJT mengingatkan para pihak baik dari pemerintahan, kepolisian, maupun TNI untuk memastikan kebenarannya jika ingin membantu wartawan.

“Tak sedikit wartawan tak jelas keluar masuk Samsat dengan dalih silaturahmi,” terang Ade S Maulana Ketua KJJT, Kamis, 2 November 2023.

Menurut Ade, ada beberapa metode untuk membedakan wartawan betulan dengan palsu.

Yang palsu, sering memasang link berita di status WhatsApp, tapi bukan karya tulisnya. 

“Biasanya link itu tentang pencitraan hasil dari copas,” paparnya.

Yang kedua, mereka kerap kali memasang profil foto dengan para pejabat. 

Ketiga, mereka sering  bergerombol usai rilis berharap uang saku.

“Setelah mendapat uang saku, mereka langsung kabur," terang Ade.

Yang keempat, kantor media yang mereka gunakan biasanya berupa warung kopi dan fasilitas umum. 

“Asal bisa dipasang banner bertuliskan kantor redaksi. Ini temuan KJJT,” bebernya.

Ade lantas menyebut metode rekrutmen wartawan tidak dilakukan sesuai dengan standar perusahaan media. 

“Modal berani, beli kartu pers lebih dari satu dengan harga tinggi,” tukas Ade.

Kantor yang sering jadi sasaran wartawan tak jelas ini adalah Satlantas, Samsat, dan Satpas SIM.

Ade menceritakan saat di Samsat Kedungcowek, Kenjeran, Surabaya, 8 Maret 2023, dihalangi saat hendak konfirmasi ke Kanit Regident.

"Anehnya saya ditemui dua polisi. Salah satunya bernama Gandi. Saya mau nanya soal maraknya calo,  dan biaya STNK baru mahal Rp1,7 juta, Pak Gandi malah bilang, di sini ada 140 wartawan," ujar Ade.

Ade pun meluncurkan pertanyaan.

"Apakah ada nama saya di daftra 140 wartawan di Samsat Surabaya Utara yang anda sampaikan tadi, dan urusan anda tentang pribadi saya apa," ujarnya (02/11/2023).

Gandi pun terdiam. Tak selang beberapa lama, Ade meninggalkan kantor Samsat, tanpa menemukan jawaban soal calo di Samsat.

"Kedua polisi itu berusaha memberi amplop warna putih. Saya tolak bergegas pergi ke parkiran Samsat Surabaya Utara," ucapnya.

Masih kata Ade, Satlantas sering disebut tempat basah, bisa dapat uang. Baik dari petugas dan merangkap calo SIM dan STNK di Samsat. 

“Saya mendengar itu kalau banyak wartawan tidak jelas di sana nyambi calo SIM atau STNK,” jelas Ade lagi.

Profesionalisme wartawan dan Polri, kali ini diuji, Ade meminta jangan sampai profesi jurnalis diacak-acak oleh wartawan tidak jelas. Polisi juga harus segera tangkap pelaku yang membuat resah dunia jurnalis.

"Kita di sini profesi jurnalis, hanya bisa menulis atau membuat berita. Tinggal menunggu Polri tegas. Dari peristiwa ini harus diambil pelajaran. Polri jadi korban ulah wartawan tidak jelas. Polisi bisa bikin laporan model B, untuk mengusutnya," pinta Ade serius.

(R.Hamzah)

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow