Bocah 12 Tahun di Probolinggo Hampir Tak Memiliki Waktu Bermain Demi Menyambung Hidup
"Saya pernah berkeliling, namun bukannya laku malah semut dan nyamuk yang menghinggapi dagangannya. Kalau jualan yang nyiapin jualan ini oma (nenek Daniel -red)," terang Daniel
Narasinews.id, PROBOLINGGO – Daniel Silas Kristian Bani, itulah nama lengkap bocah penjual es keliling yang kerap dijumpai di sudut Kota Probolinggo. Dia memilih berjualan es untuk membantu kebutuhan hidup keluarganya ketimbang menghabiskan waktu untuk bermain.
Bocah yang duduk di bangku kelas 6 SD Negeri Kanigaran 1 Kota Probolinggo ini merupakan anak sulung dari tiga bersaudara. Karena ayah kandungnya meninggal dunia sejak Daniel masih kecil dan Dwi Istiana ibu kandungnya menikah lagi.
Namun keluarga barunya tak mampu bertahan lama, yang memaksa ibunya bercerai. Sebab itulah Daniel terpaksa menjadi tulang punggung keluarga. Daniel sendiri tinggal serumah dengan neneknya yang akrab dipanggil Oma Weni, bersama dengan Ibu kandungnya, dan adik kandung, serta adik tirinya di Jalan Walikota Gatot, Gang 8, Kelurahan Kanigaran, Kecamatan Kanigaran, Kota Probolinggo.
Ketika ditemui, Daniel nampak duduk di samping sepeda onthel milik neneknya. Dia terlihat sedang beristirahat di pinggir jalan pertokoan Panglima Sudirman dengan memakan cilok, pada Minggu (26/2/2023) siang.
Dengan mengenakan kaos dan menggendong tas kecil, bocah tersebut menjajakan dagangannya berkeliling kota dengan bertuliskan “Es Wawan dan Es Cao by Daniel". Es tersebut dijual Rp2.500 per bijinya.
Daniel mengaku jika dirinya berjualan es tersebut sejak dirinya kelas tiga SD, bahkan dirinya juga pernah berjualan kurma dan berbagai macam kue basah bikinan Oma Weni neneknya. Tak hanya itu ternyata di rumahnya juga membuka warung yang dijaga oleh ibunya.
Selama Daniel berjualan, banyak keluh kesah yang dirasakan. Seperti halnya Daniel memlilih sudut pertokoan yang dia tempati saat ini, dia memilih tempat tersebut karena dagangannya banyak laku di lokasi itu.
"Saya pernah berkeliling, namun bukannya laku malah semut dan nyamuk yang menghinggapi dagangannya. Kalau jualan yang nyiapin jualan ini oma (nenek Daniel -red)," terangnya.
Dengan kepala tertunduk, Daniel mengatakan dirinya tak mengharap belas kasih dari orang lain dengan berlebihan. Dengan tegas dia berkata, memilih berjualan ketimbang meminta-minta.
"Saya lebih malu kalau harus meminta-minta kak. Saya lebih suka berjualan ketimbang saya bermain kan lebih baik saya jualan, bisa bantu-bantu kebutuhan," tambahnya.
Dalam sehari dirinya mampu menjual es wawan dan es cao dagangannya sampai 15 hingga 30 batang. Jika dagangannya laku cepat, maka Daniel bisa pulang lebih awal namun jika tidak, maka dia harus menjual dagangannya hingga pukul 21.00 WIB. Sisanya akan ia jual di keesokan harinya. Lalu, uang hasil jualannya ia berikan pada neneknya.
Meskipun begitu, Bocah 12 tahun tersebut tidak pernah mengeluh dan keberatan karena tidak memiliki waktu bermain layaknya anak seusianya. "Tidak keberatan kok kak, berjualan karena bantuin ibu," ujarnya.
Dalam seminggu, Daniel hanya berlibur jualan satu hari. Biasanya di hari Minggu atau hari Kamis. Sebab, di hari-hari itu ia akan menghabiskan waktu untuk bermain di sekitar rumahnya dengan teman-temannya. Namun, ia akan bermain beberapa jam. Setelah itu ia membantu ibunya berjaga di warung mereka.
Kedua adiknya yang masih kelas 3 SD dan umur 18 bulan, masih memerlukan bantuan ibunya. Sehingga waktu ibunya juga dihabiskan untuk mengurus adik-adiknya. Sedangkan Daniel sudah terbiasa mengurusi dirinya secara mandiri. (*)
*Reporter : Raphel | Editor : Fathur Rozi
What's Your Reaction?