Mengenal Asal-usul Ritual Yadnya Kasada di Kaki Gunung Bromo
“Tujuan Upacara Yadnya Kasada sebagai rasa syukur Masyarakat Tengger dengan memberikan sesembahan kepada para Dewa sebagai bentuk penghormatan. Selain memohon agar hasil panen selalu berlimpah, juga mmemohon dijauhkan dari musibah dan bahaya,” terang Bambang
PROBOLINGGO, NARASINEWS.ID – Bagi umat Hindu Dharma di Kaki Gunung Bromo, ritual upacara Yadnya Kasada merupakan salah satu upacara sakral. Di mana biasanya upacara tersebut dilakukan pada hari ke 14 bulan Kasada di penanggalan tradisional masyarakat Tengger. Adapun selama prosesi upacara tersebut, masyarakat akan menggelar sesembahan berupa sesaji kepada Sang Hyang Widhi.
Upacara ritual kasada sendiri, juga berkaitan dengan legenda Rara Anteng dan Jaka Seger. Di mana keduanya dipercaya sebagai nenek moyang Suku Tengger.
Bahkan nama Tengger pun diambil dari penggabungan antara Anteng dan Seger. Konon keturunan Rara Anteng dan Jaka Seger selalu memberikan sesembahan setiap bulan Kasada hari ke-14 yang sekarang dikenal Upacara Kasada atau Yadnya Kasada.
“Tujuan Upacara Yadnya Kasada sebagai rasa syukur Masyarakat Tengger dengan memberikan sesembahan kepada para Dewa sebagai bentuk penghormatan. Selain memohon agar hasil panen selalu berlimpah, juga mmemohon dijauhkan dari musibah dan bahaya,” terang Bambang, sebagai Ketua PHDI Kabupaten Probolinggo.
Upacara sakral itupun dimulai pada Sadya Kala Puja dan berakhir pada Surya Puja. Di mana masyarakat Tengger pada saat itu beramai-ramai menuju Gunung Bromo untuk mengantarkan sesaji berupa hasil ternak dan pertanian ke Pura Luhur Poten Agung.
Bersamaan dengan itu, Rama Dukun Pandita akan merapal Japa Mantera yang isinya mendoakan keselamatan seluruh alam semesta. Adapun rangkaian sebelum perayaan Yadnya Kasada masyarakat mendahului dengan ritual Mendhak Tirta.
Mendhak Tirta sendiri adalah pengambilan air suci dari lima mata air di lokasi yang sudah ditentukan. Lima lokasi tersebut yaitu Air Terjun Madakaripura, Goa Widodaren, Pura Rondo Kuning, Mata Air Sumber Pitu dan Mahameru.
"Rombongan masyarakat Tengger berbondong-bondong menuju titik untuk pengambilan air suci. Beberapa sesaji hasil bumi dibawa untuk diberikan doa-doa di tempat suci bertujuan minta izin ke Sang Hyang Widiwasa untuk mengambil air suci di lokasi tersebut," tambahnya.
Mendhak Tirta telah dimulai sejak Jumat (2/6/2023) kemarin. Air suci yang diambil dari lima sumber mata air berbeda tersebut selanjutnya dikirab dan dibawa ke Pura Luhur Poten.
Di mana pura tersebut berlokasi di hamparan lautan pasir Gunung Bromo. Serta menjadikan air tersebut sebagai salah satu perlengkapan upacara Yadnya Kasada. (*)
*Reporter: Raphel | Editor: Izzul Muttaqin
What's Your Reaction?