Gunakan Teknik Ecoprint, Fashion Lokal Asal Bogor Berhasil Mendunia
"Terima kasih untuk LPEI karena sudah mengajak kami untuk berpartisipasi di G20. Brand kita baru berdiri di 2018 tapi alhamdulillah diberikan kesempatan untuk pameran G20 agar bisa dikenal masyarakat luas," ujar Mansur, Co-Founder Arae.
Narasinews.id, JAKARTA - Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank sebagai Special Mission Vehicle Kementerian Keuangan berperan dalam memperkenalkan produk-produk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) berorientasi ekspor.
Terutama yang menerapkan prinsip-prinsip dalam Sustainable Development Goals (SDGs) kepada dunia, melalui acara Presidensi G20 Indonesia yang telah berlangsung pada tanggal 10-13 November 2022 di Hotel Mulia, Nusa Dua Bali.
Dalam kesempatan tersebut, LPEI menyajikan produk-produk para mitra binaannya yang berorientasi ekspor dalam booth showcasing sebagai sarana untuk memperkenalkan produknya ke khalayak internasional.
Sebagai UMKM yang terus mendukung konsep sustainable product, Arae hadir dalam pagelaran G20 dengan produk fashion. Seperti outer, scarf, aksesoris dan sashiko dengan sentuhan khas melalui teknik ecoprint.
Teknik ecoprint merupakan teknik mentransfer warna dan pola daun pada kain melalui proses yang melibatkan alam dan tidak menggunakan bahan kimia. Produk fashion lokal asal Bogor yang dirintis sejak 2018 ini terus konsisten dalam memanfaatkan bahan sisa produk yang diolah kembali untuk dijadikan pakaian dengan menggunakan bahan dan pewarna alami. Tujuannya untuk menjaga dan melestarikan lingkungan sekitar.
Tidak hanya fokus pada keberlanjutan lingkungan, kelima founder Arae juga membawa misi mulia untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hal ini direalisasikan melalui pemberdayaan para pengrajin di Klaten dalam proses produksi yang mana seluruh pengrajin yang diberdayakan adalah perempuan. Selain itu, Arae juga berkomitmen untuk mengalokasikan 15%-30% pendapatan yang diperoleh untuk disalurkan kepada kegiatan sosial, salah satunya berupa pemberian beasiswa Arae Scholarship kepada para pelajar yang tidak memiliki akses pendidikan.
Berkat keunikan dan daya tarik dari produknya, Arae dapat menghasilkan omset sebesar Rp1,7miliar per tahun dengan memproduksi sebanyak 1.000 unit setiap tahunnya.
Kesuksesan ini tidak lepas dari peran tiga komunitas penenun di Bayat, Klaten bernama Gigih Makarti, komunitas pemuda bernama Jannati Bogor dan komunitas kelompok ibu-ibu yang membuat produk upcycle bernama Ambu Pasir Pari yang turut berkontribusi menghasilkan produk ramah lingkungan hingga dapat dikenal di kancah internasional.
Untuk meningkatkan potensi produknya supaya naik kelas dan dapat memperluas pasar global, Arae ikut dalam program Coaching Program for New Exporters (CPNE) tahun 2021.
Program CPNE merupakan upaya LPEI dalam mendorong ekspor nasional melalui pemberian pelatihan dan pendampingan untuk menghasilkan UMKM yang unggul dan dapat bersaing di pasar global.
Dengan pelatihan dan pendampingan ekspor yang diberikan oleh LPEI, produk Arae telah berhasil tembus ke beberapa pasar ekspor. Seperti New Zealand, Malaysia, Singapura, Maldives dan Jepang.
"Terima kasih untuk LPEI karena sudah mengajak kami untuk berpartisipasi di G20. Brand kita baru berdiri di 2018 tapi alhamdulillah diberikan kesempatan untuk pameran G20 agar bisa dikenal masyarakat luas," ujar Mansur, Co-Founder Arae.
"Saya berterima kasih tentunya dengan program CPNE dari LPEI yang membuat saya jadi mendapatkan ilmu mengenai ekspor. Semoga dengan acara G20, LPEI bisa membawa produk Indonesia secara global," lanjutnya. (*)
*Reporter : Fathur Rozi | Editor : Izzul Muttaqin
What's Your Reaction?