69 Kasus DBD di Probolinggo Dominasi Anak
Narasinews.id, PROBOLINGGO – Dinas Kesehatan Pengendalian Pendudukan dan Keluaraga Berencana (Dinkes P2KB) Kota Probolinggo mencatat 69 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD). Kasus ini terjadi mulai dari 1 Januari hingga 31 Maret 2023 dan didominasi pada usia 5 hingga 14 tahun.
DBD merupakan penyakit yang berbasis lingkungan. Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Dinkes P2KB Kota Probolinggo, Nyamiati Ningsih, menjelaskan DBD banyak ditemukan di tempat yang lembab. Terlebih saat musim hujan.
Genangan air bisa mengundang nyamuk untuk bertelur. Telur tersebut bisa menetas menjadi jentik. Nah, jentik inilah yang bisa berubah menjadi nyamuk yang berpotensi menyebabkan DBD. Menurut Nyamiati, 69 kasus itu merata di Kota Probolinggo. "Seluruh kecamatan ada kasus DBD,”ujarnya.
Gejala awal yang perlu diketahui adalah tubuh mendadak panas tinggi selama 2 hingga 7 hari. Kemudian, badan terasa lesu, lalu ulu hati yang terasa nyeri dan munculnya bintik merah pada kulit.
Tak hanya gejala awal, DBD juga dapat terlihat dari gejala lanjutan. Seperti terjadinya pendarahan di hidung. Bintik-bintik pada kulit lebih memerah sampai berdarah. Mengalami keringat dingin, muntah, dan gelisah. Namun, dari seluruh gejala itu harus ada diagnosa dari dokter atau petugas kesehatan.
Namun, menurut Nyamiati kasus yang terjadi di tahun 2023 ini mengalami penurunan. Pada tahun 2022, per Januari-Maret tercatat 123 kasus. “Ada penurunan jika dilihat di tahun 2022,”ucapnya.
Meski menurun, masyarakat perlu melakukan pencegahan. Pencegahan pertama adalah dengan membentuk Kader Jumantik atau Juru Pemantau Jentik, pada setiap rumah. Jadi, perlu ada satu orang yang bertugas memantau genangan air atau tempat bertumbuhnya jentik.
Kader bisa melakukan 3M+, menguras, menutup, mengubur. Plusnya bisa menjadi pencegahan tambahan seperti memberikan racum nyamuk, dan lain-lain. Kader Jumantik wajib memantau setiap hari.
Kemudian, harus menjaga pola hidup yang sehat. Memenuhi nutrisi tubuh, supaya daya tahan tubuh bisa terjamin. “Maka bukan hanya tercegah dari DBD, namun bisa tercegah dari penyakit lain,” katanya
Dinkes P2KB Kota Probolinggo juga memiliki Kader Jumantik pada setiap puskesmas. Kader ini memantau selama seminggu sekali. Tugasnya adalah kerja bakti bersama masyarakat. “kalau yang di rumah setiap hari, yang kami seminggu sekali,” tuturnya.
Selain itu, Dinkes P2KB juga rutin melakuan penyuluhan di setiap kelompok masyarakat, posyandu bahkan ke sekolah dan media sosial. Ada penyebaran selabaran pencegahan DBD yang Dinkes lakukan. Hal ini sebagai upaya penurunan kasus DBD yang terjadi di Kota Probolinggo. (*)
*Reporter : Raphel | Editor : Fathur Rozi
What's Your Reaction?